Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan temen yang akan mem-franchise kan bisnis adalah dari mana ajah nih sumber CUAN yang bakal mereka dapatkan, dalam bahasa yang lebih keren nya REVENUE STREAM dari model bisnis Franchise atau Kemitraan.
Banyak sekali temen-temen yang menjalankan bisnis kuliner mengembangkan bisnisnya dengan sistem franchise atau kemitraan ini sekarang, sebagai contoh Sei Sapi Kana yang minggu lalu sempat di undang Foodizz untuk IG live bareng, yang bercerita bagaimana foundernya Andra Lesmana mengembangkan bisnis sampai dengan 80 cabang sampai saat ini dengan model bisnis ini. Yg belom nonton bisa lihat di sini: [Foodizz On Sharing] membangun outlet dari mulai ide sampai memiliki banyak cabang – Andra Lesmana
Nah dari sini kita melihat tentu bisnis model ini sangat menarik, sehingga menjadi salah satu strategi yang banyak dipilih dalam GROWTH MODEL outlet.
Balik ke laptop, memang dari mana ajah CUAN nya pemilik franchise atau kemitraan? Yuk coba kita bahas satu per satu agar temen-temen yang ingin menjalankan model bisnis ini kebayang. Sebagai catatan tidak semua REVENUE STREAM dibawah bisa or perlu di implementasikan, karena tergantung bisnis model dan strategi yang kita jalankan dalam menjalankan bisnis franchise atau kemitraan.
1. BRAND LICENSE
Pendapatan dari lisensi brand yang kita berikan ke Mitra / Franchisor, jadi brand license ini seperti biaya kita “meminjamkan brand dan semua SOP dan program” yang kelak akan digunakan oleh mitra dalam menjalankan bisnis dengan menggunakan brand dan semua hal detail yang kita miliki (SOP, MENU, Program, Strategi, Branding, dll).
Berapa nilainya, tergantung, sekuat apa brand kamu dari sisi ekuitas (Awareness, Association, Perceived Quality dan Loyalty) serta potensi dari sisi financial, misalnya Pay Back Period dan Return On Investment nya. Makin terkenal dan kuat brand serta potensi profitnya tinggi biasanya akan semakin tinggi biaya dari brand license nya.
2. MARGIN CAPEX
Ketika mengambil bisnis Franchise atau Kemitraan, mitra / franchisor akan dikenakan beberapa biaya awal, seperti:
- Biaya training
- Biaya modul
- Biaya penginapan
- Biaya survey lokasi
- Biaya gambar / arsitek, dll
Dalam hal ini biasanya Pemilik Brand akan menambahkan margin terhadap semua biaya yang dikeluarkan tersebut, baik memang ditujukan untuk menjadi keuntungan maupun untuk menjadi biaya cadangan untuk kondisi tertentu.
3. MARGIN VENDOR
Pemilik brand (Franchisee) yang sudah punya planning dan waiting list mitra biasa juga bisa mendapatkan keuntungan dari dealing harga dengan vendor secara bulk (dalam jumlah besar), di mana pemilik brand bisa mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual atau harga discount ketika si vendor menjual barangnya ke mitra.
Dalam konteks ini, pemilik brand tentu harus menetapkan standar yang ketat, termasuk di dalamnya pemilihan vendor dan spesifikasi dari equipment, misalnya yang wajib digunakan oleh mitra dengan pertimbangan dari sisi kualitas, layanan, dan tentu juga harga
4. MARGIN BAHAN BAKU
Nah ini yang paling sering dipahami, dimana dengan model bisnis bisnis Franchise atau Kemitraan pemilik brand bisa mendapatkan selisih (margin) dari penjualan bahan baku kepada mitra-mitranya. Semakin spesifik serta banyak varian yang dijual, akan semakin besar margin yang bisa didapatkan oleh pemilik brand.
*Sekedar mengingatkan hati-hati soal pajak 10% dari penjualan bahan baku yah temen-temen kuliner, ini wajib dibayarkan dari setiap transaksi penjualan bahan baku
5. MARGIN KONTRAKTOR
Dalam beberapa model di mana pembangunan outlet / resto di handling oleh vendor yang resmi ditunjuk oleh pemilik brand, pemilik brand bisa mendapatkan income dari % nilai RAB yang disepakati. Tentu pemilik brand sudah melakukan negosiasi serta pitching terlebih dahulu ke beberapa kontraktor, sehingga secara harga sangat bersaing walaupun ada % yang diberikan kepada pemilik brand, selain itu standarisasi outlet / resto juga bisa dijaga, serta proses pembangunan bisa lebih cepat, karena di handling oleh kontraktor yang sudah berpengalaman.
6. REVENUE SHARING
Ini salah satu yang juga biasa diketahui oleh banyak pebisnis kuliner yang menerapkan model bisnis Franchise atau Kemitraan, di mana pemilik brand mendapatkan % revenue sesuai kesepakatan dengan Franchisor / pembeli franchise. Biasanya revenue ini bersifat bulanan dengan persentase yang fix, namun juga bisa dengan % yang bergerak tergantung kesepakatan.
7. BUNGA DEPOSITO / INVESTASI PRODUKTIF
Pendapatan ini bisa muncul dengan beberapa skenario seperti: lokasi bangunan misalnya dimiliki / di sewa oleh pemilik brand secara bulanan namun franchisor / pembeli kemitraan harus membayar sewa tempat secara tahunan, misalnya full payment sewa 2 tahun di depan. Misal, sewa pertahun 300 juta, mitra membayar full 600 juta untuk 2 tahun, jika temen-temen punya 10 mitra, maka di awal ada 6 M uang yang diterima di muka, ini baru bicara 10 mitra, jika 20 makan 12 M, nah uang ini tidak bayarkan langsung ke pemilik bangunan, namun dibayarkan secara bulanan di mana ada waktu uang ini di depositokan untuk mendapatkan margin.
Skenario lain seperti Brand Lincense yang juga di simpan dalam deposito sehingga bisa mendapatkan margin dalam jangka waktu tertentu, walaupun lebih sering pendapatan seperti ini diputar lagi di dalam investasi yang lebih produktif.
8. COST OF TECHNOLOGY
Jika pemilik brand memiliki teknologi pendukung seperti POS misalnya, ini bisa menjadi income tambahan di mana cost dari penggunaan teknologi ini bisa di charge ke mitra / franchisor, hal ini tidak ada bedanya dengan mitra harus menggunakan teknologi milik pihak ke 3 sebetulnya. Teknologi pendukung ini juga harus memberikan dampak, misalnya menjadi lebih efisien, kontrol lebih detail, serta berdampak secara keseluruhan terhadap cost yang lebih kecil di mitra, bukan sebaliknya.
9. SEWA TEMPAT
Pemilik brand juga bisa mendapatkan CUAN dari strategi kepemilikan lokasi di mana setiap lokasi yang akan dibuka oleh mitra disewa atau bahkan di beli terlebih dahulu oleh pemilik brand, baru kemudian di sewakan ke pada Mitra / Franchisornya. Pemilik brand dalam hal ini mendapatkan 2 kombinasi CUAN yaitu sewa bulanan, serta jika sewa dipostkan di investasi produktif maka pemilik brand juga bisa mendapatkan tambahan income dari investasi tersebut.
10. MARKETING SPONSORSHIP
Salah satu CUAN yang cukup besar yang bisa didapatkan oleh pemilik brand adalah dari biaya marketing / sponsor pihak ke 3 yang ingin berkerjasama dengan brand kita (misalnya Bank ingin sponsor, FMCG brand, dll), di mana pemilik brand mendapatkan nilai X miliar misalnya dengan kompensasi branding di semua outlet serta social media.
Bisa juga dealingnya dalam bentuk PRODUCT USAGE di mana produk pihak ke 3 digunakan oleh pemilik brand di seluruh cabangnya, misalnya vendor sambal kemasan dealing dengan pemilik brand, di mana sambal kemasan tersebut digunakan di seluruh cabang plus brand sambalnya mendapatkan brand exposure di seluruh outlet serta social media.
Nah temen-temen, tentu semua poin di atas belom tentu bisa diterapkan, karena kembali lagi tergantung model bisnis yang teman-teman jalankan serta kebijakan yang dibuat. Satu lagi catatan di atas adalah secara regulasi sebetulnya Kemitraan dan Franchise itu berbeda yah, jadi dipelajari lagi lebih detail aturan keduanya seperti apa, penggunaan istilah Kemitraan atau Franchise di atas hanya untuk mempermudah pemahaman ajah bukan kemudian menyamakan bentuk dan regulasinya.
IKUTI FREE WEBINAR BUKA BANYAK CABANG DENGAN KEMITRAAN
Semoga bermanfaat untuk para foodpreneurs!
Jangan ketinggalan peluangnya.
#KeepSharing
#KeepLearning
#SpreadKnowledge
#KulinerIndonesia
Foodizz
1st F&B EduTech in Indonesia
Belajar Bisnis Kuliner ….. Yah di Foodizz.
www.foodizz.id
www.sekolahkuliner.com
Join Telegram Group di t.me/foodizzid
*Buat temen-temen yang mau copas artikel silahkan ajah ga perlu minta izin asal mencantumkan sumber artikelnya, yaitu www.foodizz.id/blog. Yuk hargai karya dan usaha orang lain dalam membuat konten.